Pentingnya Alat Peraga dalam Mengajar IPA - Salah satu tujuan pengajaran IPA adalah agar siswa memahami
konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari
(Depdikbud, 1994: 61). Apabila dalam proses belajar mengajar IPA guru
tidak menggunakan alat peraga, maka sulit bagi siswa untuk menyerap
konsep-konsep pelajaran yang disampaikan guru sehingga berdampak pada
kurangnya tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses
pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang
dialami oleh siswa (Moh. Surya, 1992: 21). Tiap-tiap benda yang dapat
menjelaskan suatu ide, prinsip, gejala atau hukum alam, dapat disebut
alat peraga. Fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan sesuatu
yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan
dapat menimbulkan pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang (R.M.
Soelarko, 1995: 6)
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan
penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar
yang efektif (Nana Sudjana, 2002: 99). Dalam kaitannya dengan pengajaran
IPA, keberadaan alat peraga jelas mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan belajar mengajar. Pengajaran pada dasarnya (Nana Sudjana,
2002: 43) adalah suatu proses terjadinya interaksi guru siswa melalui
kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa
dan kegiatan mengajar guru.
Jerome S. Brunner dalam bukunya
Toward A Theory of Instruction mengemukakan bahwa mengajar adalah
menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana
sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa (Uzer Usman dan Lilis
Setyawati, 1993: 5).
Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP kelas
IV SD (Depdikbud, 1994: 61) mengemukakan pembelajaran IPA di SD sebagai
berikut: Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada
siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam
sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses
ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian
gagasan-gagasan.
Pengajaran IPA bertujuan agar siswa: memahami
konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari
memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan
tentang alam sekitar mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari
benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar bersikap ingin tahu,
tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerjasama dan
mandiri mampu menerapkan berbagai konsep IPA mampu menggunakan
tekhnologi sederhana mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam
sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Alat peraga merupakan salah satu faktor untuk mencapai efisiensi hasil belajar (Moh. Surya, 1992: 75).
Keberadaan
alat bantu pengajaran (alat pelajaran, media, alat peraga) oleh A.
Samana (2001: 21) digambarkan dalam diagram berikut. Tujuan Pendidikan
(tujuan pengajaran) Guru Siswa Pendekatan -- Metode -- Teknik Alat Bantu
pengajaran (alat pelajaran, media, alat peraga).
Fungsi dari
alat peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat
atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian
atau meningkatkan persepsi seseorang (R.M. Soelarko, 1995: 6).
Ada
enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar yang
dikemukakan oleh Nana Sudjana dalam bukunya Dasar-dasar Proses belajar
mengajar (2002: 99-100):
a. Penggunaan alat peraga dalam proses
belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi
tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar
yang efektif.
b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.
c. Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
d. Alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau bukan sekedar pelengkap.
e.
Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses
belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang
diberikan guru. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk
mempertinggi mutu belajar mengajar.
Di samping enam fungsi di
atas, penggunaan alat peraga juga mempunyai nilai-nilai. Dengan
peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, oleh
karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme. Dengan peragaan dapat
memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. Dengan peragaan
dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar
bertambah mantap, memberikan pengalaman yang nyata dan dapat
menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa, menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan berkesinambungan, membantu tumbuhnya
pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa, memberikan
pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu
berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.
Dalam
menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip
tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang
baik.
Prinsip-prinsip ini adalah sebagai berikut (Nana Sudjana, 2002: 104-105)
:
Menentukan
jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih
dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan
pelajaran yang hendak diajarkan, menetapkan atau memperhitungkan subjek
dengan tepat, artinya perlu diperhitungkan tingkat kemampuan/kematangan
anak didik, menyajikan alat peraga dengan tepat menempatkan dan
memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat.
R.M. Soelarko dalam buku Audio Visual media komunikasi ilmiah pendidikan penerangan (1995: 6)
Menggolongkan macam-macam alat peraga berdasarkan pada bahan yang dipakai:
a.
Gambar-gambar (lukisan), dalam IPA misalnya Zoologie (gambar-gambar
binatang), Botanie (gambar pohon, bunga, daun, dan buah), dan gambar
tentang ilmu bumi (gambar gunung, laut, danau, hutan)
b. Benda-benda alam yang diawetkan, misalnya daun kering yang dipres, bunga, serangga misalnya kupu-kupu, jangkrik, belalang.
c.
Model, Fantom, dan Manikkin. Yang disebut model adalah bentuk tiruan
dalam skala kecil. Fantom atau Manikkin adalah model anatomi dari
bagian-bagian tubuh manusia itu sendiri misal rangka manusia.
REFERENSI:
A. Samana, 2001, Sistem Pengajaran, Yogyakarta: KanisiusDepdikbud,
1994, Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-garis Besar Program Pengajaran
Kelas IV SD, Dirjen Dikti Bagian Proyek Pengembangan PGSD Dimyati dan
Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran: Jakarta: PT. Rineka CiptaMoh.
Surya, 1992, Psikologi Pendidikan, Bandung: IKIP BandungNana Sudjana,
1990, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja
RosdakaryaNana Sudjana, 2002, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Sinar Baru AlgensindoNgalim Purwanto, 1998, Ilmu Pendidikan
Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosda karya R.M. Soelarko,
1995, Audio Visual Media Komunikasi Ilmiah Pendidikan Penerangan,
BinaciptaTim Penulis Psikologi Pendidikan, 1993, Psikologi Pendidikan,
Yogyakarta: UPT IKIP YogyakartaUzer Usman dan Lilis Setyawati, 1993,
Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Sumber: kabarindonesia.com
Pentingnya Alat Peraga dalam Mengajar IPA
Sudah tersedia juga Modul Ajar Kurikulum Merdeka untuk SMP dan SMA yang bisa Anda pesan, dengan pengiriman bisa via email atau WhatsApp
Tags
:
Info Guru
RPP-Silabus.Com menyediakan:
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Lengkap dengan ATP, KKTP, CP dll
Modul Ajar Kurikulum Merdeka telah tersedia untuk Anda para pengajar yang membutuhkan. untuk keperluan mengajar ataupun untuk memenuhi kelen...